Rujak dan Gado-gado Bu Ratin, Hadir di Palembang Sejak 1970
01 Juli 2021 09:49 WIB

Rujak dan Gado-gado Bu Tin – Foto oleh Nila Ertina
Penikmat rujak dan gado-gado di Palembang pastinya sudah tidak asing lagi dengan Warung Bu Ratin. Bahkan dari kakek nenek hingga cucu mengemari olahan sayur dan buah berbumbu kacang dari warung tersebut.
Hal itu, sangat wajar mengingat Warung Bu Ratin sudah berdiri sejak tahun 1970. Lokasi warung yang berada di Jalan Cipto Palembang menempati sebuah warung sederhana hingga kini masih tidak banyak berubah.
Pertama kali saya mencoba rujak dan gado-gado Bu Ratin sekitar tahun 2004. Saat itu, kantor tempat saya bekerja berjarak sekitar 3 kilometer dari warung tersebut.
Namun, setiap kali naik bus kota atau angkutan umum warung tersebut tampak ramai pembeli yang memarkirkan kendaraan di sepanjang jalan kompleks perumahan di kawasan itu.
Karena penasaran, saat itu saya dan beberapa teman kantor dan sekaligus mengajak bos bersama-sama mencicipi rujak dan gado-gado.
Sejak itu, hampir setiap bulan pasti menyempatkan membeli gado-gado atau rujak di warung tersebut.
Menikmati rujak atau gado-gado Bu Ratin langsung di tempat tentunya menjadi pilihan saat itu, karena memang belum ada aplikasi online memesan makanan. Kekinian, meskipun Warung Bu Ratin tak terdaftar di Aplikasi GoFood setiap hari tampak driver-driver motor bergantian menerima pesan antar atau Gosend dari pelanggan warung tersebut.
Belasan tahun lalu harga seporsi rujak dan gado-gado tergolong murah hanya Rp10.000 per bungkus. Kini dijual dengan harga Rp20.000 per porsi. Tenang, meskipun termasuk mahal tetapi rasa dan porsinya pasti tidak mengecewakan.
Saya baru-baru ini membeli seporsi rujak dengan harga segitu, tapi buah-buahnya berlimpah dan bumbunya juga banyak, cukup untuk dimakan bersama anak-anak di rumah. Warung ini, buka mulai pagi sampai sekitar pukul 15.00 WIB.
Rujak Buah Komplit

Tidak jauh berbeda dengan rujak buah yang dijual pedagang lain. Rujak Bu Ratin berisi irisan jambu air, kedondong, mangga muda, bengkuang dan nanas. Namun, bumbunya yang kental dan tidak hanya campuran gula batok, dan cabai serta asam jawa kunci dari bumbu rujaknya adalah pisang batu.
Pisang batu ini, menjadi ciri khas bumbu rujak Bu Ratin yang melegenda tersebut. Butiran biji-biji pisang batu yang tercampur dalam olahan bumbu membuat rasanya memang berbeda dengan rujak buah kebanyakan dijual di Kota Palembang.
Untuk mendapatkan rasa yang pas sesuai dengan selera kita, biasanya saat memesan kita bisa memilih rasa pedas sesuai yang diinginkan. Kalau saya, memilih rasa pedas nian.
Begitu juga saat memesan gado-gado, mau pedas sekali atau sedang tergantung pesanan kita dan tentunya. Dibedakan dengan tingkat rasa pedasnya tetapi untuk kekentalan bumbu kacangnya dipastikan tidak berbeda alias kentalnya memang pas untuk dicampurkan bersama sayuran sehingga menjadi gado-gado yang segar dan nikmat saat dimakan.
Isian gado-gadonya pun berupa sayuran rebus dan segar, mulai dari tauge, timun iris, kangkung, tomat, tahu dan kacang panjang serta irisan lontong. Harganya pun sama Rp20.000 seporsi dan pasti puas menikmati gado-gado legendaris tersebut.
Di Warung Bu Ratin, menu utama tentunya rujak dan gado-gado tetapi ada menu tambah, seperti otak-otak ikan dan bakwan yang dihidangkan di meja.
Gado-gado Mbak Ita Paling Dicari Pelanggan
Meskipun Warung Bu Ratin sudah berdiri sejak tahun 1970, tetapi hingga kini lokasi warungnya tidak berpindah dan suasananya pun tak jauh berbeda dengan di awal tahun 2000-an. Berbeda dengan gado-gado Mbak Ita yang kini berjualan di Jalan Seroja Palembang paling sering dicari pelanggan.

Kok bisa sering dicari pelanggan?, hal itu terjadi karena memang gado-gado Mbak Ita yang telah berjualan sejak awal tahun 2000-an belum memiliki tempat menetap. Beberapa kali pelanggan terpaksa mencari lokasi baru penjual gado-gado tersebut, walaupun biasanya tidak jauh pindahnya.
Mbak Ita mengakui kalau dia sering pindah-pindah karena belum punya kios atau warung sendiri. “Saya kadang terpaksa pindah karena tempat lama diperbaiki atau dibangun, lalu pindah lagi,” kata dia.
Bahkan, dia mengaku sempat juga berhenti berjualan gado-gado karena tempat yang digunakannya lokasinya tak pas atau tidak strategis.
Kekinian, gado-gado tersebut kembali berjualan di Jalan Seroja tempat Ita berjualan sebelumnya.
Bumbu yang kental dengan rasa manis gurih menjadi daya tarik pelanggan untuk setia membeli gado-gado tersebut, meskipun kadang harus mencari dimana lokasi gerobak milik Mbak Ita tersebut.
Saking doyannya makan gado-gado ini, bahkan teman saya hampir tiap minggu membeli gado-gado tersebut, apalagi harganya pun cukup terjangkau hanya Rp13.000 per porsi, dan jika pakai telur rebus hanya tambah Rp3.000 saja.
Lokasi gerobaknya pun kini sangat strategis berada di tepi Jalan Seroja dan di area sebuah Guest House yang menyediakan tempat duduk yang nyaman. Gado-gado ini, hanya menawarkan satu menu. Tidak ada menu tambahan selain gado-gado.
PENA/NILA