Coto Aco, Kuahnya Nikmat Hingga Tetes Terakhir

02 November 2021 14:55 WIB

Penulis:Pesenmakan.id

Editor:Pesenmakan.id

Coto Makassar
Coto "Aco" Makassar - Foto oleh Yakin (Coto "Aco" Makassar - Foto oleh Yakin)

COTO, bagi Anda yang berjalan ke Kota Makassar pasti dengan tidak asing dengan kuliner yang satu ini. Mudah ditemukan dengan berbagai merek. Coto asuhan daeng titik titik menjadi pilihan yang familiar.

Bagi orang Makassar, coto bukan pilihan makanan yang hanya dinikmati di satu waktu tertentu. Makanan ini bisa dijadikan sarapan, makan siang hingga untuk makan malam. Ataupun makanan yang dinikmati di antara waktu makan yang selama ini lazim dilakukan, sore atau bahkan pada tengah malam.

Hal ini juga dipengaruhi oleh stigma yang melekat pada makanan coto. Banyak penikmat makanan tradisional ini meyakini kalau makanan kaya rempah ini memiliki khasiat menambah stamina.

Sejumlah literasi menyebutkan, coto atau biasa disebut Coto Makassar diperkirakan telah ada semenjak masa Kerajaan Gowa di abad ke-16. Dahulu hidangan coto bagian daging sapi sirloin dan tenderloin hanya disajikan untuk disantap oleh keluarga kerajaan. Sementara bagian jeroan disajikan untuk masyarakat kelas bawah atau abdi dalem pengikut kerajaan.

Tapi kini, semua bagian dari daging sapi sudah dapat dinikmati dalam semangkuk coto, mulai dari jeroan, daging sirloin, bagian hati, jantung, otak, pipih, paru. Pelanggan cukup memesan dengan bagian yang diinginkan. Untuk potongannya tergantung pada masing-masing warung coto.

Coto "Aco" Makassar - Foto oleh Yakin

Hidangan coto Makassar saat ini malah sudah disajikan di sejumlah hotel sebagai makanan sarapan. Terkadang orang-orang yang berkunjung ke Makassar terheran-heran dengan pola makan coto warga Makassar. Kebiasaan yang bahkan diikuti oleh para pendatang dan tinggal menetap atau bekerja di Kota Daeng ini.

Dalam semangkok  coto, bercampur berbagai macam rempah, mulai dari bawang merah, bawang putih, cabai, lada, ketumbar, rasa daun serai, daun seledri, daun bawang. Ada bumbu penyedap seperti asam, garam, gula, kayu manis, dan juga tauco. 

Saat menikmati coto Makassar, jangan lupa tambahan kacang tanah, irisan daun bawang dan bawang goreng, serta perasan jeruk nipis dicampurkan pada saat dihidangkan.

Digunakannya berbagai macam rempah dan kuah yang lebih kental membuat coto berbeda dengan hidangan daging berkuah dari daerah lain, seperti soto daging khas betawi.

Sebagian orang bahkan menilai, coto Makassar yang tidak dinikmati di Kota Makassar memiliki cita rasa yang berbeda. Oh ya, beberapa daerah di sekitar Makassar juga memberikan penamaan berbeda untuk hidangan coto, seperti coto Maros atau coto khas Pangkep.

Coto Aco, Rasa yang Bikin Nagih

Kalau Anda berkunjung ke Kota Makassar dan memiliki waktu luang menikmati hidangan coto, salah satu yang saya rekomendasikan adalah Coto Aco. Untuk penamaannya cukup unik. Nama Aco di Makassar identik dengan laki-laki, nama Aco juga biasanya disematkan untuk anak kecil yang baru lahir dan belum diberikan nama oleh orangtuanya.

Pilihan daging di Coto Aco cukup komplit, mulai dari jeroan, daging. Potongan-potongan dagingnya cukup banyak dalam satu mangkuknya. Oh ya, mangkok untuk sajian coto di Makassar cukup unik. Ukurannya hanya seperdua dari mangkok biasa.

Selain potongan daging yang cukup banyak, rasa kuahnya yang kaya rempah menyerap ke dalam daging coto. Sehingga saat daging coto dikunyah, rasa kuahnya dominan. Berdasarkan cerita di kalangan para pecinta kuliner coto, rasa kuah menjadi salah satu faktor hidang coto di sebuah warung coto disukai.

Coto "Aco" Makassar - Foto oleh Yakin

Hal lain yang unik di coto Aco ini adalah tempat memasak daging dan kuahnya menggunakan kuali dari tanah dan dimasak menggunakan kayu bakar. Sehingga membuat aroma rempah dan rasa daging bisa dipertahankan.

Makan coto tentu tak lengkap tanpa ketupat, di coto Aco ketupatnya juga berukuran cukup besar. Ketupat disajikan dalam kondisi masih hangat. Jangan lupa, sebelum menikmati coto tambahkan dengan tambahan taburan bawang goreng dan perasan jeruk nipis. Saya menambahkan dengan kacang goreng sebagai pelengkap di mangkok coto.

Makan ketupatnya juga sedikit unik dan semua penikmat kuliner ini sepaham dengan cara itu. Ketupat yang akan dimakan cukup ditekan di kedua sisinya seperti akan mematahkan ketupat. Bagian tengah akan terbuka.

Selanjutnya, ketupat tidak langsung dicampurkan ke coto, tapi di sendok dan langsung dimakan. Jadi, tangan kiri memegang potongan ketupat, tangan kanan memegang sendok. Entah sejak kapan cara makan ketupat dan coto ini mulai berlaku, tapi ini cara praktis menyiasati mangkok coto yang kecil dan penuh dengan kuah.

Di Coto Aco, kita juga bisa meminta tambahan kuah, kalau di mangkok coto masih tersisa potongan-potongan daging sapi kuah sebelumnya sudah habis. Tenang saja, gratis. Atau kita juga bisa menambah setengah dari porsi biasa, tentunya juga dengan harga setengah dari biasanya.

Takut Tak Kebagian Tempat Duduk, Pesan Online Saja

Pengunjung warung Coto Aco ini datang dari semua kalangan dan profesi. Lokasi warung coto yang tepat berada di pinggir Jalan Tun Abdul Razak arah Gowa-Makassar mudah untuk dijangkau. Warung coto yang mulai buka pukul 08.00 Wita ini, jejeran parkir kendaraan motor dan mobil menjadi pemandangan biasa. Warung coto ini tutup sekitar pukul 22.00 Wita atau saat persediaan daging sudah habis.

Kondisi ruang makan di warung ini yang sempit untuk menampung banyak pengunjung secara bersamaan menjadikan pilihan pesan makan enak ini secara online menjadi lebih mudah. Tenang saja, soal rasa makanan yang dibungkus tetap sama.

Makanan enak ini dapat dipesan melalui aplikasi GrabFood atau GoFood, cukup mengetik dengan nama Coto Aco. Pesan melalui aplikasi juga bisa membuat Anda mendapat potongan harga.

Harga seporsi coto Aco ini cukup terjangkau. Cukup dengan Rp15.000 satu porsi. Sedangkan untuk ketupatnya Rp2.000 per biji. Tapi, kalau Anda kebetulan sedang berada di Makassar, saya sarankan untuk menikmati hidangan coto ini langsung di tempatnya.

(PENA/YAKIN)