Sambal Pedas
14 Juli 2022 20:47 WIB
Penulis:Idham Nur Indrajaya
Editor:Ananda Astri Dianka
JAKARTA - Sama seperti halnya dengan kemahiran berbahasa, kapasitas lidah dalam mengenali rasa pun sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat pemiliknya bertumbuhkembang.
Manusia bertumbuhkembang di bawah pengaruh sistem budaya yang bervariasi dan tubuh pun tidak bisa melepaskan pengaruhnya dari kebudayaan yang menjadi identitas dari setiap wilayah yang tersebar di berbagai belahan dunia.
Maka dari itulah, tidak aneh jika ada orang-orang tertentu yang merasa lidahnya tidak cocok dengan makanan atau minuman yang berasal dari daerah di luar tempat asalnya.
Saya sendiri misalnya, sebagai orang yang lahir dan tumbuh besar di wilayah Sunda, tepatnya di Bandung, Jawa Berat, seringkali menemui kesulitan saat hendak mengakrabi makanan asal Jawa yang cenderung manis.
Saya pun pernah bertemu orang asli DIY Yogyakarta yang mengatakan bahwa mereka kagum melihat bagaimana orang-orang yang tumbuh besar di wilayah Sunda bisa memiliki toleransi yang lebih untuk makanan-makanan pedas.
Lalu, ada juga teman saya yang tinggal di Prancis, mengatakan bahwa mau semewah apapun terlihatnya makanan-makanan di negeri menara Eiffel itu, baginya makanan terbaik tetap berasal dari tempat dirinya lahir.
Kasus-kasus yang ditemui di atas mungkin tidak asing bagi Anda karena orang yang memilih-milih makanan sesuai dengan kebudayaan tempat mereka lahir itu sangat banyak.
Lantas, bagaimana dengan DKI Jakarta? kota di mana segala kebudayaan bercampur aduk karena banyaknya pendatang dari berbagai penjuru Indonesia?
Di ibukota tanah air, ada banyak selai variasi makanan yang mengusung daerah-daerah asalnya sebagai penambah nilai jual. Oleh karena itu, tidak sulit bagi orang-orang yang tinggal di Jakarta untuk mencari makanan yang setidaknya bisa mengobati kerinduan lidah akan cita rasa tempat kelahiran.
Pada minggu-minggu pertama saya tinggal di ibu kota, tepatnya di Jakarta Selatan, saya agak kesulitan untuk memilih tempat makan yang sesuai dengan lidah Sunda saya sebelum akhirnya menemukan satu tempat yang cocok.
Saat melewati Jalan Saco, Kelurahan Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu, perhatian saya dicuri oleh tulisan berbunyi "Gerobak Sunda" yang dituliskan di atas spanduk kecil berwarna kuning.
Saya pun menghampiri kedai makanan yang terletak di bangunan No.1 RT 01 RW 04 itu karena kebetulan pada saat itu perut saya sedang berkoar-koar kelaparan.
Di bagian dalam kedai, ada tiga meja makan berukuran sedang dan satu meja lagi ditempatkan di bagian luar dekat tempat parkir sepeda motor.
Di bagian depan kedai, pengunjung dipersilakan untuk memilih beragam makanan siap goreng dan siap saji seperti ayam, bebek, burung dara, paru, kulit, usus, ati-ampela, ikan-ikanan, babat, jengkol balado, dsb.
Ada juga menu unik yang bahkan cukup jarang saya temui di Kota Bandung yaitu jantung pisang dan tumis bunga paya.
Seperti sajian Sunda pada umumnya, sambal ulek menjadi nilai tambah yang membuat makanan di kedai ini semakin menggugah selera.
Sensasi panas yang menjalar di lidah diikuti oleh aroma bawang yang membuat nafsu makan semakin bertambah. Tidak butuh sambal banyak-banyak saat makan di kedai ini karena tingkat kepedasannya memang sudah cukup ampuh untuk membuat keringat mengucur.
Rasa makanannya pun memang dirancang untuk bersenggama dengan lidah Sunda. Cita rasa khas Sunda cukup lekat dengan makanan-makanan yang disajikan. Lantunan lagu Sunda yang melatari kedai ini pun semakin memberikan nuansa tanah Padjajaran sehingga orang asal Bandung seperti saya bisa sedikit terobati kerinduannya.
Pemilik kedai dan pegawainya hanya satu orang pun cukup ramah dalam menyambut pengunjung (hal biasa yang mudah Anda temukan di tempat-tempat makan khas Sunda).
Uang yang perlu Anda keluarkan saat membeli makanan di Gerobak Sunda tentunya bergantung pada lauk-pauk yang dipilih.
Harga untuk menu-menu daging seperti ayam, ikan, bebek, dan burung dara berkisar antara Rp11.000-Rp40.000-an. Kemudian,varian sate-satean seperti sate paru, kulit, usus, babat, dan sebagainya berkisar antara Rp3.000-Rp10.000-an.
Sementara itu, sayur-sayuran seperti jantung pisang, tumis bunga paya, dan jengkol balado dibanderol dengan harga Rp7.000-an.
(Catatan: harga bisa lebih tinggi untuk pemesanan via online dan sewaktu-waktu bisa berubah.)