Kue Putu, Jajanan Legendaris yang Punya Bunyi Khas

07 Juli 2021 20:05 WIB

Penulis:Pesenmakan.id

kue putu legendaris

Kue Putu – Foto oleh Yulianisa

Mengenang masa-masa kecil memang menyenangkan.Terutama soal jajanannya. Ada telur gulung, es potong, rambut nenek, permen gulali, dan kue putu. Saya inget betul, setiap sore sehabis mandi, saya mendengar dengan seksama bunyi khas penjual kue putu keliling. Saat bunyi sudah semakin dekat, saya berlari keluar untuk mencegat sepeda penjualnya. Kue putu memang jajanan legendaris yang punya bunyi khas dari cerobong asap kecil yang berbunyi nyaring.

Di antara banyaknya jajanan masa kecil, saya masih suka membeli kue putu. Meski keberadaannya saat ini tergolong makanan langka alias susah dicarinya. Sudah jarang penjual berkeliling komplek perumahan.

Kesukaan saya terhadap jajanan hijau ini karena rasanya yang unik dan teksturnya yang khas. Konon, kue ini awalnya dikenal Dinasti Ming dengan nama XianRoe Xiao Long yang artinya kue dari tepung beras berisi kacang hijau. Tapi, saat masuk ke Indonesia toping kun diganti menjadi gula merah. Menurut saya ini adalah langkah yang tepat karena saya suka rasanya yang gurih dan manis-manis gula merah.

Kue Putu Legendaris Jaman Now

Entah ada angin apa, sore itu sehabis pulang dari vaksinasi Covid-19, seorang penjual kue putu keliling lewat di depan rumah. Saya yang memang sudah lama nggak makan si hijau ini langsung bergegas memanggil penjualnya. Saat mengambil wadah ke dapur, saya bergumam sendiri “Beruntung kali hari ini, ada penjual kue putu keliling lewat di depan rumah,”.

Jajanan ini harganya memang mengalami perubahan dari harga kecil dulu. Wajar ya karena mengikuti perkembangan zaman dan bahan-bahan pembuatannya juga pasti naik harganya. Tapi untuk harga hari ini masih oke kok, satunya Rp1000 saja. Saya memesan Rp20.000 untuk dimakan bersama keluarga.

Wangi khas kue ini mulai tercium saat mas-mas penjualnya mulai memproses pesanan saya. Saya jadi nggak sabar untuk cepat-cepat melahap jajanan favorit sewaktu kecil dulu.

Kue Putu – Foto oleh Yulianisa

Ada perbedaan pengemasan jajanan ini. Biasanya penjual membungkus kue ini dengan daun pisang. Untuk yang membawa wadah sendiri, biasanya penjual mengalaskan daun pisang sebelum meletakkan si hijau manis ini. Tapi kue sore ini nggak ada daun pisangnya. Ya nggak masalah, rasanya tetap enak.

Kue yang sudah selesai dibuat, langsung saya bawa masuk ke rumah, tentu setelah membayar penjualnya. Rasanya kangen sekali dengan jajanan ini. Manis gula merahnya mengantarkan saya pada kenangan masa kecil. Dulu, mama suka sekali membelikan kami kue putu, apalagi saat hujan baru reda. Hari yang dingin, kue yang baru masak, menambah kehangatan keluarga kecil kami saat duduk bersama.

Rasa pandan kue putu yang saya beli ini cukup menambah keistimewaan jajanan ini. Sepertinya mas-mas penjual ini menggunakan pandan asli dan bukan perasa pandan untuk makanan. Kok bisa tau? Namanya juga lidah dan penciuman ibuk-ibuk rumah tangga hehe

Oh iya, perpaduan rasa jajanan hijau yang saya beli ini juga pas, ada rasa manis gula merah dan asinnya kelapa. Belum lagi tekstur khas kue ini. Sekali hap, bikin nagih.

Tempat Jual Kue Legendaris

Meski sudah jarang penjual si hijau manis yang keliling komplek, sebenernya kita masih bisa menemukan kue ini di beberapa tempat, seperti di pusat perbelanjaan, pasar, atau kedai-kedai. Jadi, kita masih bisa membeli jajanan ini dengan sedikit menambahkan niat untuk menuju ke tempatnya.

Tapi, berkat kemajuan teknologi, kita sudah bisa memesan kue putu secara online. Ada banyak penjual yang bergabung dengan aplikasi pesan antar makanan online, seperti Gofood.

Apalagi sekarang lagi PPKM ya, lebih baik beli makanan online dan diantar ke rumah dengan driver-driver yang biasanya menjaga makanan kita aman sampai rumah.

(PENA/MALA)